Kenali Perbedaan Impulsive Buying dan Compulsive Buying

Kenali Perbedaan Impulsive Buying dan Compulsive Buying

Sering dianggap boros, apa sih perbedaan impulsive buying dan compulsive buying?

Pernah nggak sih kamu lagi jalan-jalan di mall, terus tiba-tiba lihat barang lucu atau diskon gede-gedean, eh langsung beli aja tanpa pikir panjang?

Atau mungkin kamu sering banget belanja online sampai lupa berapa banyak barang yang udah di-checkout?

Nah, bisa jadi itu tandanya kamu terkena perilaku belanja impulsif alias impulsive buying.

Tapi, hati-hati ya, ada juga yang namanya belanja kompulsif (compulsive buying) yang ternyata lebih serius dari sekadar lapar mata biasa, lho!

Yuk, kita bahas lebih dalam tentang perbedaan impulsive buying dan compulsive buying biar kamu bisa lebih bijak dalam mengelola keuangan!

Apa Itu Impulsive Buying?

Impulsive buying itu keinginan buat beli sesuatu secara tiba-tiba tanpa direncanakan.

Kayak misalnya, kamu lagi cari sepatu olahraga, eh malah kepincut sama tas cantik yang dipajang di toko sebelah.

Tanpa pikir panjang, langsung deh transaksi!

Nah, ciri-ciri impulsive buying ini biasanya muncul karena adanya pemicu eksternal, seperti diskon, promo, atau penataan barang yang menarik.

Meskipun terkesan sepele, dampak impulsive buying ini lumayan berbahaya lho untuk keuangan kamu. Kebiasaan belanja impulsif bisa bikin pengeluaran kamu membengkak dan tabungan jadi boncos. Duh, nggak mau kan?

Tanda-tanda Impulsive Buying

Nah, biar lebih aware, coba cek deh, apakah kamu sering mengalami ciri-ciri impulsive buying ini:

  • Susah nahan godaan diskon atau promo. Hayo ngaku, siapa yang suka kalap kalau lihat tulisan “SALE”?
  • Sering beli barang yang nggak bener-bener dibutuhkan. Pulang belanja bawa banyak barang, tapi pas sampai rumah baru nyadar “Eh, buat apa ya beli ini?”.
  • Gampang tergoda penataan barang yang menarik. Duh, display toko yang kece emang kadang bikin lapar mata, ya!
  • Belanja jadi pelarian dari stres atau emosi negatif. Siapa nih yang kalau lagi sedih atau bete larinya ke mall?
  • Nyesel setelah belanja. Udah beli mahal-mahal, eh taunya nggak kepake. Relate?

Kalau kamu sering ngalamin tanda-tanda di atas, wah kayaknya kamu perlu lebih hati-hati nih dalam mengelola keinginan belanja kamu!

Baca Juga: Cara Mengatur Keuangan Rumah Tangga Bebas Boncos

Apa Itu Compulsive Buying?

Nah, kalau compulsive buying ini lebih serius dari impulsive buying.

Compulsive buying adalah gangguan mental yang ditandai dengan dorongan kuat dan tidak terkendali untuk terus-menerus berbelanja, meskipun nggak butuh dan sampai nggak mampu lagi secara finansial.

Perbedaan compulsive buying dan impulsive buying yang paling mencolok adalah compulsive buying biasanya didorong oleh faktor internal seperti kecemasan, depresi, atau perasaan kosong.

Akibatnya, dampak compulsive buying ini bisa jauh lebih merusak, baik bagi kondisi keuangan, hubungan sosial, maupun kesehatan mental seseorang.

Serem, kan?

Tanda-tanda Compulsive Buying

Berikut ini beberapa ciri-ciri compulsive buying yang perlu kamu waspadai:

  • Sering berbohong tentang jumlah uang yang dihabiskan untuk belanja. Waduh, sampai ngumpet-ngumpetin bon belanjaan nih!
  • Merasa bersalah, malu, atau cemas setelah berbelanja, tapi tetap mengulangi perilaku tersebut.
  • Menimbun barang-barang yang dibeli tanpa pernah dipakai. Duh, sayang banget kan kalau barang-barang tersebut cuma jadi pajangan?
  • Mengalami masalah keuangan yang serius akibat kebiasaan berbelanja. Hati-hati, bisa-bisa terlilit hutang lho!
  • Mengabaikan tanggung jawab dan hubungan sosial karena terobsesi dengan belanja. Wah, jangan sampai ya!

Kalau kamu atau orang terdekatmu mengalami tanda-tanda di atas, sebaiknya segera cari bantuan profesional.

Baca Juga: 8+ Tips Mencapai Financial Freedom yang Cepat & Tepat

Perbedaan Compulsive Buying dan Impulsive Buying

Biar lebih jelas, yuk kita lihat perbedaan compulsive buying dan impulsive buying berikut ini:

Faktor Impulsive Buying Compulsive Buying
Pemicu Eksternal (diskon, promo, visual merchandising) Internal (kecemasan, depresi, masalah emosional)
Frekuensi Sesekali Sering dan berulang
Kendali Masih bisa dikendalikan Sulit dikendalikan
Dampak Pengeluaran berlebihan Masalah keuangan serius, gangguan hubungan sosial, masalah kesehatan mental
Motivasi Kepuasan sesaat Mengatasi emosi negatif

Baca Juga: Panduan Cara Mengatasi Impulsive Buying Biar Hemat

Nah, itu tadi beberapa hal penting tentang impulsive buying dan compulsive buying.

Ingat ya, pengendalian diri saat berbelanja itu penting banget untuk mengelola keuangan pribadi kamu.

Jangan sampai keinginan sesaat bikin kamu menyesal di kemudian hari.

Selalu prioritaskan kebutuhan di atas keinginan dan biasakan untuk menabung.

Dan satu lagi, di tengah gemparan impulsive buying ini, jangan lupa untuk selalu persiapkan dana darurat, ya!

Kalau butuh dana darurat yang terpercaya, kamu bisa gadaikan mobil di deGadai.

Tanpa pengecekan BI checking/SLIK OJK, deGadai juga udah resmi berizin dan diawasi oleh OJK.

Jadi soal keamanannya, udah pasti sangat terjamin.

Tertarik buat coba?

Info lebih lanjut, kamu bisa hubungi CS deGadai dengan cara klik tombol WhatsApp di sebelah kananmu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Butuh bantuan gadai?
Scan the code